Kamis, 12 Juni 2008

KEPITING BAKAU (Scylla serrata) PENGHUNI MANGROVE YANG BERPOTENSI


Kepiting bakau (S. serrata) merupakan salah satu biota potensial yang hidup di daerah mangrove memiliki nilai ekonomis tinggi. Kepiting bakau termasuk dalam kelas Crustacea, ordo decapoda dan famili Portunidae. Jenis kepiting bakau yang memiliki marga yang sama dengan S. serrata adalah S. oceanica, dan S. tranquebarica. Kepiting bakau jantan dan betina dapat dibedakan dengan mengamati alat kelamin yang terdapat dibagian perut. Pada bagian perut jantan umumnya terdapat organ kelamin berbentuk segi tiga yang sempit dan dapat meruncing di bagian depan. Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan di bagian depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan oleh ruas abdomennya. Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada kepiting betina berbentuk agak membulat dan lebih lebar. Mengapa kita harus dapat membedakan antara jantan dan betina, karena pada bentina yang sedang bertelur nilai ekonomisnya menjadi lebih tinggi. Telur kepiting bakau memiliki kandungan protein yang tinggi dan rasanya juga sangat lezat.
S. serrata (kepiting bakau) merupakan spesies yang khas di kawasan hutan bakau (mangrove) dan hidup di daerah muara sungai dan rawa pasang surut yang banyak ditumbuhi vegetasi mangrove dengan substrat berlumpur atau lumpur berpasir. Di Indonesia banyak sekali jenis kepiting yang tersebar, mulai dari lingkungan air tawar, laut hingga daratan. Meskipun mampu hidup di air maupun di daratan, tetap ada tempat-tempat yang sangat disukai oleh jenis kepiting tertentu. Setiap kepiting mempunyai tempat hidup yang spesifik dan mungkin berbeda satu dengan yang lainnya.
Pada umumnya kepiting ini banyak ditemukan di daerah hutan bakau. Berbagai jenis kepiting dapat dijumpai di perairan Indonesia. Diperkirakan terdapat 2500 jenis spesies di Indonesia dari total 4500 spesies yang terdapat di seluruh dunia. Namun tak semuanya bisa dikonsumsi. Ada empat jenis kepiting yang umumnya dikonsumsi. Mereka adalah S. serrata (duri di sikut dan dahinya sama-sama runcing), S. tranquebarica (duri di sikut sedikit runcing dan lunak di dahi), S. paramamosain (duri di dahi runcing tapi di siku lunak), S. olilvacea (duri di dahi dan sikutnya sama-sama lunak). Menurut Nontji (1993), S. serrata merupakan jenis kepiting yang paling popular sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal.
S. serrata melansungkan perkawinan di perairan mangrove dan secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan telurnya, kepiting betina akan beruaya (berenang) ke laut dan memijah. Karsy (1996) menyebutkan bahwa kepiting betina yang telah beruaya ke perairan laut akan berusaha mencari perairan yang kondisinya cocok untuk tempat melakukan pemijahan, khususnya terhadap suhu dan salinitas air laut. Peristiwa pemijahan S. serrata terjadi pada periode bulan-bulan tertentu, terutama awal tahun. Jarak yang ditempuh dalam beruaya untuk memijah tidak lebih dari satu kilometer kearah laut menjauhi pantai.
Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan, kepiting dapat bertahan hidup hingga mencapai umur 3-4 tahun. Sementara itu, pada umur 12-14 bulan kepiting sudah dianggap dewasa dan dapat dipijahkan. Sekali memijah, kepiting mampu menghasilkan jutaan telur 2.000.000 - 8.000.000 telur tergantung dari ukuran dan umur kepiting betina yang memijah.
S. serrata melansungkan perkawinan di perairan mangrove dan secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan telurnya, kepiting betina akan beruaya (berenang) ke laut dan memijah. Karsy (1996) menyebutkan bahwa kepiting betina yang telah beruaya ke perairan laut akan berusaha mencari perairan yang kondisinya cocok untuk tempat melakukan pemijahan, khususnya terhadap suhu dan salinitas air laut. Peristiwa pemijahan S. serrata terjadi pada periode bulan-bulan tertentu, terutama awal tahun. Jarak yang ditempuh dalam beruaya untuk memijah tidak lebih dari satu kilometer kearah laut menjauhi pantai.
Pemijahan kepiting bakau pada umumnya berlangsung sepanjang tahun, tetapi puncak kegiatan bertelur pada setiap perairan tidak sama. Sebagai contoh di Thailand puncak kegiatan pemijahan berlangsung dari bulan Juli sampai Desember. Di Filipina kegiatan pemijahan berlangsung dari bulan Mei sampai September. Pada musim panas, pada umumnya kepiting betina terkadang bertelur di sekitar estuaria saat masih berada di sana.
(Disarikan dari berbagai sumber)

MENGENAL KEPITING KELAPA (Birgus latro)


Kepiting kelapa atau juga disebut kepiting kenari (Birgus latro), merupakan salah satu sumberdaya hayati yang bernilai ekonomis penting karena memiliki potensi sebagai komoditi ekspor. Kepiting kelapa merupakan hewan yang berasal dari ekosistim pantai dan pada saat ini mengalami ancaman penurunan populasi sehingga kepiting ini dilindungi oleh pemerintah melalui surat keputusan menteri kehutanan dengan SK Menhut no 12/ KPTS–II/Um/1987.
Biota ini telah mengalami ancaman kepunahan karena selain kecepatan pertumbuhan yang lambat, juga banyak diburu karena dagingnya yang lezat dan bernilai ekonomis penting untuk perdagangan maupun untuk komsumsi lokal. Menurut IUCN 1983, kepiting ini sudah dikategorikan “rare” atau jarang dan species yang terancam “endangered species” dalam “Red Data Book”.
Kepiting kelapa (coconut crab) atau disebut juga kepiting kenari (robber crab), memiliki nama yang berbeda ditiap-tiap daerah. Kepiting kelapa menyukai buah-buahan seperti kelapa (Cocus nucifera), kenari (Cannariun commune), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa spp), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus spp), sukun (Artocarpus spp) dan sagu (Sago spp). Buah-buahan tersebut diperoleh dengan cara memanjat atau mencari buah yang telah jatuh bahkan kepiting kelapa seringkali terlihat menyeret buah yang jatuh kedalam lubang persembunyiannya.
Di Indonesia kepiting kelapa tersebar dikawasan timur indonesia yaitu dipulau Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Kepiting ini merupakan salah satu aset perikanan yang bernilai ekonomis tinggi sehingga perlu untuk dilindungi agar tidak punah. Penurunan populasi kepiting dialam diperkirakan akibat adanya perubahan lingkungan (habitat, makanan, dan predator). Penurunan kondisi habitat tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia (penebangan hutan, penghunian dan eksploitasi). Kepiting ini juga memiliki pertumbuhan yang sangat lambat sehingga dikhawatirkan populasinya dapat menurun secara drastis dialam jika eksploitasi berlangsung terus menerus.
Kepiting kelapa pertama kali ditemukan oleh Rumphius pada tahun 1705, tetapi sebenarnya telah diketahui oleh orang-orang Eropa sejak perjalanan eksplorasi Wiliam Dampier sekitar tahun 1688 dan telah menarik perhatian banyak ahli biologi yang mengunjungi pulau-pulau disamudera Hindia dan Pasifik. Dalam penelitian yang lebih mendalam pada tahun-tahun berikutnya terdapat kontribusi terhadap pengenalan akan kepiting ini dari siklus hidup, tingkah laku, reproduksi, fisiologi dan anatominya (Brown dan Fielder, 1991).
Di Indonesia kepiting ini tersebar dikawasan timur Indonesia yaitu dipulau-pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Di Sulawesi Utara kepiting kelapa terdapat di kepulauan Talaud, sedangkan diSulawesi Tenggara yakni di Pulau Siompu, Tongali, Kaimbulawa dan Liwutongkidi Di Nusa Tenggara terdapat dipantai berbatu pulau Yamdena, di Kalimantan terdapat dipulau Derawan dan diMaluku Utara terdapat dipulau Gebe, pulau Mor (Patani) dan pulau Paskoro (Sanana).
Menurut (PPSDAHP 1987/1988), kepiting kelapa atau kepiting kenari adalah salah satu kelompok Decapoda yang banyak menghabiskan waktunya didaratan. Kepiting ini adalah yang paling besar dibandingkan dengan jenis-jenis crustacea lainnya sehingga dikenal sebagai Arthropoda daratan terbesar didunia. Hewan ini berperan dalam perputaran bahan organik tanah, lemak perutnya dapat berkhasiat sebagai aprodisiac (perangsang gairah seksual). Ada kemungkinan terdapat zat aktif lain yang belum diketahui yang dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan yang dapat berguna bagi kita semua. Melihat potensinya dan statusnya sebagai hewan yang telah dilindungi, maka upaya domestikasi dari kepiting tersebut perlu segera dilakukan.

Sektor Perikanan Menyelamatkan Indonesia dari Krisis

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia. Sehingga laut dan sumberdaya alam yang ada seperti ikan dan biota lainnya merupakan sumber daya alam yang sangat besar. Pada saat krisis ekonomi tahun 1998an sektor perikanan ternyata menjadi tumpuan devisa bagi negara. Pemerintah mungkin telah menyadarinya sehingga lahirlah sebuah paradigma baru untuk mengoptimalkan sektor perikanan. Dari pembentukan Departemen Kelautan dan Perikanan sampai kepada pencanangan program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan merupakan yang merupakan salah satu dari Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta peningkatan daya saing ekonomi nasional (DKP, 2006)

Dari informasi secara general tersebut dalam kesempatan ini saya ingin menuangkan beberapa pemikiran yang saya ketahui untuk memberikan sumbangan terhadap kemajuan dan perkembangan perikanan di Indonesia. Selanjutnya saya akan berusaha menyampaikan informasi mengenai perikanan dan perkembangan usahanya yang dapat dilakukan oleh kalangan kecil dan menengah agar dapat memanfaatkan dan menginventasikan usahanya di sekotor ini.

Sebagai pemahaman sederhana saya kemukaan seperti ini: " Bila seorang petani yang memiliki lahan atau pedagang yang memiliki toko, saat mengalami kemunduran usaha sarana usahanya dijual dan beralih ke bidang lain (jadi karyawan atau pekerja lain) tapi bila perusahaannya tutup akibta krisis dia tidak bisa kembali menjadi petani atau pedagang akibat sarana usahanya telah di jual. Tapi bila seorang nelayan beralih usaha dan akan kembali menjadi nelayan, apa yang anda banyangkan dia bisa menjadi nelayan kembali karena masih ada laut yang luas yang kita miliki. Jales Veva Jaya Mahe..kalo enggak salah artinya di Laut Kita Jaya.....so kenapa kita tidak mengoptimalkan sumberdaya luat kita agar tetap lestari dan dapat terus dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat dan bangsa. (trie)